Pemerintah Kabupaten Bangka menggelar d iseminasi hasil pengukuran dan publikasi data stunting tahun 2023. Hasilnya, prevalensi stunting pada balita turun menjadi 1,33% dari sebelumnya 1,34%.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka, Drs. H. Andi Hudirman, mengatakan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Ini d isebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang.
“Kedua penyebab ini d ipengaruhi oleh pola asuh, pola makan, dan sanitasi yang tidak layak, terutama terjadi dalam seribu hari pertama kehidupan dan masa persiapan sebelum menjadi calon ibu yaitu remaja putri,” ujar Sekda Bangka Andi Hudirman.
Andi Hudirman berharap, informasi hasil pengukuran data stunting d ipublikasikan mulai dari tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Ini sebagai dasar penyusunan kegiatan stunting yang akan d ilaksanakan, menggalang kerjasama dan koordinasi antara lintas program dengan lintas sektor OPD.
Kelompok yang terbentuk tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Bangka.
Menurut Andi Hudirman, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sebagai penanggung jawab pengukuran dan publikasi. Mereka telah melakukan pengukuran status gizi secara rutin terutama stunting pada balita. Data pengukuran tinggi badan balita d iinput dalam aplikasi elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPGBM).
Andi Hudirman juga mengatakan bahwa stunting dapat mengakibatkan gangguan kecerdasan, metabolisme tubuh, dan timbulnya penyakit tidak menular seperti kencing manis, jantung koroner, hipertensi, stroke, obesitas, ginjal, dan gangguan hati.
Kabupaten Bangka menetapkan 10 desa lokus intervensi stunting pada tahun 2023, yaitu desa Mendo, Cekong Abang, Kemuja, Penagan, Kita Kapur, Petaling Banjar, Labu Air Pandan, Gunung Muda, Banyu Asin, dan Desa Rebo.(*)