Padalarang, BNBABEL.COM — Perang antara Armenia versus Azerbaijan pada tahun lalu yang melibatkan peran teknologi tempur modern turut disoroti oleh institusi militer berbagai negara, tak terkecuali TNI.
Pasalnya saat dua negara itu terlibat konflik, diketahui Azerbaijan menggunakan teknologi drone buatan Turki, Bayraktar TB2, yang mengakibatkan kekalahan telak di kubu Armenia, khususnya pasukan kavaleri.
Menanggapi kekalahan Armenia tersebut, Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) Brigjen TNI Taufik Budi Santoso mengatakan kalau perang Armenia versus Azerbaijan menjadi sorotan pihaknya dikarenakan organ Kavaleri yang selama ini menjadi tulang punggung pasukan militer mampu dikalahkan oleh drone dengan mudah.
Untuk itu Pudsikkav akan berimprovisasi melalui penemuan dan pengembangan alat yang dapat melumpuhkan drone lawan seperti alat elektronik berupa jammer.
“Ada kasus menarik yang dapat saya angkat dari peristiwa pertempuran Armenia dengan Azerbaijan dimana perang tersebut telah membuka lebar mata kita jika Kavaleri dapat dikalahkan oleh drone dan itu memancing kita untuk berimprovisasi mempelajari kira-kira anti dronenya itu apa,” ungkap Taufik di Pusdikkav Padalarang Jawa Barat, Jumat (26/03).
Ia menceritakan pengalamannya saat bertugas di Lebanon, bahwa drone dapat diacak sinyalnya oleh sebuah alat bernama jammer.
Oleh karena itu Taufik kemudian berkoordinasi dengan PT. LEN dan PT Pindad guna menemukan dan mengembangankan teknologi tempur anti-drone tersebut.
Sedangkan di dalam lembaga pendidikan TNI sendiri, diterangkan oleh Taufik kalau kurikulum tentang kavaleri akan terus berubah menyesuaikan perkembangan jaman.
“Tidak mungkin kita diam disatu tahap, disaat yang lain terus berkembang. Jika kita tetap diam pasti kalah,” tegasnya.
Penulis: JAM/ZONASATU