BANGKA BELITUNG, BN BABEL
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan penjara, ada secercah harapan yang kini menyala lebih terang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kanwil Kemenkumham Babel sedang mengoptimalkan program pembinaan kemandirian bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) di berbagai lapas. Harapan ini d isampaikan dengan penuh haru oleh Kepala Kanwil Kemenkumham Babel, Harun Sulianto, yang memimpin upaya ini dari Pangkalpinang.
“Saya berharap pembinaan kemandirian ini dapat menjadikan WBP yang cakap, terampil, produktif, dan setelah bebas tidak mengulangi tindak pidana,” kata Harun dengan tegas dan penuh harap, Kamis lalu.
Tugas dan fungsi pemasyarakatan memang berat, namun Harun menekankan pentingnya membina WBP secara kepribadian. Tujuannya adalah agar mereka mampu mengubah perilaku dan tidak lagi terjebak dalam lingkaran hukum. Lebih dari sekadar teori, pembinaan ini mencakup pelatihan keahlian di bidang otomotif, pertukangan, menjahit, dan banyak lagi.
“Saya mengapresiasi terlaksananya optimalisasi pembinaan kemandirian kepada warga binaan, sehingga dapat mengurangi kapasitas lapas di daerah ini,” ujarnya dengan senyum bangga.
Namun, tantangan tetap ada. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Babel, Kunrat Kasmiri, mengungkapkan bahwa jumlah WBP di lembaga pemasyarakatan Kepulauan Babel telah mencapai 2.500 orang, jauh melampaui kapasitas yang ada. Lapas Narkotika Pangkalpinang menjadi yang paling padat dengan 1.000 WBP, sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih ketat dan pembinaan intensif.
“Jumlah WBP terbanyak terdapat di Lapas Narkotika Pangkalpinang mencapai 1.000 orang WBP, sehingga d iperlukan pengawasan yang lebih ketat dan pembinaan warga binaan di lapas narkotika ini,” tegas Kunrat.
Sementara itu, Kepala Lapas Pangkalpinang, Badarudin, menjelaskan bahwa para WBP telah mengikuti berbagai pembinaan kemandirian seperti servis elektronik, kebersihan dan pertamanan, laundry, peternakan, pertanian, pertukangan, manufaktur, serta pangkas rambut dan tata boga.
“Saya meminta para WBP untuk dapat mengikuti kegiatan kemandirian ini dengan baik, dengan mengedepankan pengembangan potensi diri, menjaga keamanan ketertiban, ketauladanan serta tetap menjaga keselamatan kerja,” katanya dengan nada penuh semangat.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan penjara, ada secercah harapan yang kini menyala lebih terang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kanwil Kemenkumham Babel sedang mengoptimalkan program pembinaan kemandirian bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) di berbagai lapas. Harapan ini d isampaikan dengan penuh haru oleh Kepala Kanwil Kemenkumham Babel, Harun Sulianto, yang memimpin upaya ini dari Pangkalpinang.
“Saya berharap pembinaan kemandirian ini dapat menjadikan WBP yang cakap, terampil, produktif, dan setelah bebas tidak mengulangi tindak pidana,” kata Harun dengan tegas dan penuh harap, Kamis (27/06/2024).
Tugas dan fungsi pemasyarakatan memang berat, namun Harun menekankan pentingnya membina WBP secara kepribadian. Tujuannya adalah agar mereka mampu mengubah perilaku dan tidak lagi terjebak dalam lingkaran hukum. Lebih dari sekadar teori, pembinaan ini mencakup pelatihan keahlian di bidang otomotif, pertukangan, menjahit, dan banyak lagi.
“Saya mengapresiasi terlaksananya optimalisasi pembinaan kemandirian kepada warga binaan, sehingga dapat mengurangi kapasitas lapas di daerah ini,” ujarnya dengan senyum bangga.
Namun, tantangan tetap ada. Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Babel, Kunrat Kasmiri, mengungkapkan bahwa jumlah WBP di lembaga pemasyarakatan Kepulauan Babel telah mencapai 2.500 orang, jauh melampaui kapasitas yang ada. Lapas Narkotika Pangkalpinang menjadi yang paling padat dengan 1.000 WBP, sehingga membutuhkan pengawasan yang lebih ketat dan pembinaan intensif.
“Jumlah WBP terbanyak terdapat di Lapas Narkotika Pangkalpinang mencapai 1.000 orang WBP, sehingga d iperlukan pengawasan yang lebih ketat dan pembinaan warga binaan di lapas narkotika ini,” tegas Kunrat.
Sementara itu, Kepala Lapas Pangkalpinang, Badarudin, menjelaskan bahwa para WBP telah mengikuti berbagai pembinaan kemandirian seperti servis elektronik, kebersihan dan pertamanan, laundry, peternakan, pertanian, pertukangan, manufaktur, serta pangkas rambut dan tata boga.
“Saya meminta para WBP untuk dapat mengikuti kegiatan kemandirian ini dengan baik, dengan mengedepankan pengembangan potensi diri, menjaga keamanan ketertiban, ketauladanan serta tetap menjaga keselamatan kerja,” katanya dengan nada penuh semangat.
Pembinaan kemandirian ini bukan sekadar pelatihan biasa. Badarudin menjelaskan bahwa ini adalah tahapan pembinaan wajib bagi seluruh WBP, dan menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan hak integrasi seperti pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti menjelang bebas.
“Pembinaan kemandirian bertujuan untuk memberi pembekalan kepada setiap individu WBP, agar memiliki kepercayaan diri, produktif, dan memiliki kemampuan setelah kembali di tengah-tengah masyarakat,” kata Badarudin dengan penuh harapan.
Di balik jeruji besi, ada cerita tentang perubahan dan harapan. Program pembinaan kemandirian ini tidak hanya memberi keterampilan, tetapi juga memupuk harapan bagi para WBP untuk masa depan yang lebih baik, di luar tembok penjara.**