BANGKA, BNBABEL.COM – Komisaris PT. BAA, Wahyudi Adinegoro menyampaikan jika Kepala Staff Presiden RI, Dr H. Moeldoko sangat terkagum-kagum sama PT. Bangka Asindo Agri atas sistem produksi pabrik yang sangat modern. Hal itu disampaikan sesaat setelah mendampingi Kepala Staf Presiden RI melihat proses produksi tepung sagu dan tapioka di pabrik, Selasa (8/8/2023).
“Beliau tadi sangat terkesan melihat hilirisasi pengolahan tepung sagu rumbia dan tapioka ini. Justru beliau tadi mengatakan akan menindak lanjuti dengan membuat satu agenda khusus akan mengundang daerah-daerah yang memiliki potensi sagu untuk diundang di KSP. Hal itu dimaksudkan untuk memaksimalkan lagi industri sagu rumbia dan tapioka di setiap daerah,” jelasnya.
“Dampak dari kunjungan Bapak Moeldoko ini ternyata di luar dari ekspetasi kami,” tambahnya.
Wahyudi Adinegoro menjelaskan jika PT. BAA ini adalah salah satu perusahaan pengolahan tepung tapioka dan sagu yang berskala modern. Hal itu dibuktikan dengan sistem pengolahan limbah menjadi biogas atau bisa dikatakan nol limbah.
Menurutnya ada satu hal yang menarik dari kegiatan ini, jika di bulan November nanti Presiden RI Joko Widodo akan melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Bangka Belitung dalam rangka meresmikan Masjid Kubah Timah di Pangkalpinang. Didalam rangkaian agenda Presiden RI tersebut, ia katakan akan diagendakan juga kunjungan ke pabrik.
“Mudah-mudahan saja kunjungan Presiden RI nanti bisa terlaksana. Sebenarnya Pak Jokowi ini sudah tahu produk sagu dan keberadaan pabrik ini, hanya belum ada kesempatan untuk berkunjung kesini saja,” terangnya.
Sementara itu, tepung sagu dan tapioka hasil produksi PT. BAA sudah di ekspor hingga ke Cina, Jepang, Thailand. Tak hanya itu saja, Komisaris PT. BAA ini menuturkan jika untuk produk turunan sagu tapioka seperti Sago Mee juga sudah dipasarkan ke dalam negeri hingga luar negeri seperti ke Belanda dan Amerika.
Ia menerangkan jika peminat dari luar negeri menginginkan makanan dibuat dari bahan sagu, karena dinilai makanan sehat. Akan tetapi dalam hal pemasarannya, pihaknya tidak menampik bahwa butuh peran serta dan dukungan dari pemerintah.
“Kemarin kita sempat mengalami kesulitan saat ingin mengirim tepung sagu ke Fuji, sedangkan kalau dilihat sebenarnya ijinnya sudah melekat ke tapioka. Oleh sebab itu kita butuh peran deri pemerintah dalam menghadapi kendala seperti ini,” tandasnya.
“Kami berharap besar agar pemerintah tetap terus hadir untuk tetap mensupport industri tepung tepung sagu dan tapioka ini. Karena ini industri pangan yang bersifat sustainable atau berkelanjutan,” pungkasnya. (Ibnu/Rd)





