Belum Selesai Persoalan Mesin Ventilator, RSUD Babel Kembali Diterpa Kabar Miring

BNBABEL — Belum selesai soal dugaan hilangnya 24 unit mesin ventilator dan 2 unit mesin defibrilator, RSUD Ir. Soekarno Provinsi Bangka Belitung (Babel) kembali diterpa kabar tak sedap soal relokasi kantin.

Halnya, gedung kantin yang sejak tahun 2021 telah dirobohkan dan diganti dengan gedung radio terapi itu, hingga kini tak lagi dibangun ulang.

Kata narasumber internal rumah sakit, biaya anggaran pembangunan kantin dan selasar itu bersumber dari BM BLUD dan APBD Provinsi Babel.

“Sebelum dibangun gedung radio terapi tahun 2021, tempat itu adalah kantin basah. Sumber anggaran dari BM BLUD dan APBD Provinsi Babel. BM BLUD RP199.863 Tahun 2019, serta selasar bersumber dari APBD Provinsi Babel RP199.863 Tahun 2020,” ungkap narasumber, Kamis (24/4) siang.

Ia ceritakan, saat proses perobohan kantin dan selasar, tim survei dari Bakuda Pemprov Babel menyebutkan, jika kantin harus direlokasi maka ukuran bangunannya mesti tetap sama.

Baca juga  Rapat Paripurna DPRD Bangka Sampaikan Hasil Reses, Rekomendasi LKPJ Bupati & Raperda

“Solusinya jika kantin dan selasar mau relokasi maka ukurannya harus sama seperti awal. Nah, pertanyaannya itu, pertanggung jawaban dana sebelumnya bagaimana, karena waktu sudah berlangsung hampir 4 tahun,” ucap narasumber.

Dirut RSUD Soekarno Provinsi Babel, Ira Ajeng Astried, saat dikonfirmasi berkata pihak rumah sakit sedang menyiapkan anggaran untuk relokasi kantin tersebut.

“Kami sedang menyiapkan anggaran untuk relokasi,” jawabnya.

Selain soal relokasi kantin, redaksi juga sempat menanyakan mesin ventilator dan defibrilator yang diduga hilang tersebut. Namun, lagi dan lagi, Ira enggan menjawab perihal itu.

Pada pemberitaan sebelumnya diketahui, jika 24 unit mesin ventilator di RSUD Ir. Soekarno Provinsi Babel itu dikabarkan raib.

Kabar disinyalir hilangnya ventilator tersebut berdasarkan kesaksian seorang narasumber, saat diwawancara Minggu (20/4) malam.

Narasumber ceritakan, awal mula diketahui jika ventilator itu hilang dari salah satu penyedia jasa yang ingin melakukan servis perawatan.

Baca juga  Peringati Harlah Pancasila, MPW Pemuda Pancasila Babel Gelar Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

Namun ketika tim teknis hendak melakukan servis, mesin ventilator sudah tidak ada lagi.

“Awal mula diketahui ventilator hilang saat tim teknisi dari salah satu perusahaan penyedia barang ingin melakukan servis rutin, tetapi alat dimaksud tidak ada. Nah dari kejadian ini diketahui kurang lebih 24 unit Ventilator tidak ada di tempat,” ujar narasumber.

Narasumber menyampaikan, ventilator yang ada di RSUD tersebut didapatkan pihak rumah sakit dari berbagai sumber, salah satunya dari bantuan BNPB tahun 2022, saat pandemi Covid-19.

“RSUD dapatkan ventilator itu dari berbagai sumber, yakni pengadaan, bantuan Kemenkes, hibah BNPB. Kalau hibah BNPB ini sebanyak 7 unit, merek Phillips Respironics V60 sebanyak 5 unit. Harga satu unit Rp255.222.000, jadi totalnya Rp1.276.113.000. Sedangkan 2 unit lagi merek Puritan Bennet 980, harga satu unit Rp876.000.000 dengan total Rp1.752.000.000. Saya tidak tahu apakah dari 24 unit ventilator hilang itu termasuk bantuan BNPB ini,” jelas narasumber.

Baca juga  Terus Bertambah, Hari Ini Satu Lagi Warga Kenanga Positif Covid-19

Selain itu, mesin defibrilator yang merupakan bantuan dari BNPB tahun 2022 juga dikatakan narasumber turut raib.

“Bersama ventilator ada juga alat kesehatan yang hilang. Defibrilator alat kejut listrik untuk mengembalikan irama jantung abnormal jadi normal. Alat ini bantuan BNPB sebanyak 2 unit hilang merk Phillips Efficia. Satu unit harganya kalau tak berubah Rp203.445.524. Nah RSUD menerima bantuan defibrilator sebanyak 5 unit dari BNPB tahun 2022. Total anggaran 5 unit defibrilator Rp1.017.277.620,” ucap narasumber.

Kepala Bidang (Kabid) Aset RSUD Ir. Soekarno Bangka Belitung, Badariah, ketika dikonfirmasi Minggu malam meminta redaksi menanyakan hal tersebut kepada pimpinannya.

“Ke pimpinan saja. Maaf. Terima kasih,” jawab Badariah.